Semua pria ketika lahir mempunyai kelenjar prostat yang beratnya lebih kurang 3 gram. Seiring bertambahnya usia, prostat yang letaknya persis di bawah buli atau kandung kencing dan membungkus atau meliputi urethra posterior atau saluran kencing bagian belakang akan membesar. Ini terjadi akibat perbanyakan sel atau hiperplasia dan akan menekan urethra posterior sehingga menimbulkan gejala LUTS.
LUTS atau lower urinary tract symptoms ini merupakan kumpulan gejala yang dikelompokkan dalam dua kelompok gejala yaitu kelompok gejala obstruktif dan kelompok gejala iritatif. Kelompok gejala obstruktif atau sumbatan terdiri atas pancaran kencing yang melemah, mengedan, rasa tidak habis atau tidak puas sampai tidak bisa kencing sama sekali atau disebut retensio urine. Adapun kelompok gejala iritatif atau rangsangan terdiri atas frequency atau sering kencing, noctury atau sering bangun malam untuk kencing, urgency atau rasa ingin kencing yang amat mendesak sehingga sering tidak keburu, dan dysuria atau rasa sakit saat kencing. Gejala LUTS ini umumnya mulai timbul pada dekade kelima kehidupan atau di atas lima puluh tahun. Prosentasenya akan meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun dilaporkan beberapa kasus yang lebih muda.
Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjar prostat ini, akan tetapi teori yang paling populer adalah teori hormon testosteron dan teori growth hormone. Teori hormon teststeron menjelaskan tentang free testosterone atau testosteron bebas dalam darah yang diubah menjadi dihidrotesteron atau DHT oleh enzim 5-alfa-reductase. DHT ini berinteraksi dengan kompleks RNA di prostat dan menyebabkan prolifreasi sel sehingga terjadi perbanyakan sel atau hiperplasi prostat. Teori growth hormone atau hormon pertumbuhan menjelaskan bahwa sebagaimana organ-organ lain yang tumbuh membesar sesuai usia maka prostat pun juga tumbuh membesar dari hanya 3 gram menjadi puluhan bahkan melebihi 100 gram dan menimbulkan gangguan.
Dengan meningkatnya angka harapan hidup terutama di negara maju, maka kasus pembesaran prostat juga meningkat sehingga banyak membebani anggaran kesehatan. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencari alternatif baru penanganan prostat yang lebih murah dengan bekerja sama dengan WHO dan organisasi urologi dunia. Untuk itu, diadakanlah pertemuan tahunan, biasanya di Paris, untuk membahas berbagai hasil penelitian terbaru dan penemuan obat baru serta alat baru untuk terapi prostat. Dari forum ini juga disepakati suatu metode screening dalam bentuk kuesioner yang berisi petanyaan tentang derajat beratnya gejala LUTS yang diderita dan satu petanyaan lainnya tentang seberapa besar gejala tersebut mengganggu kualitas hidupnya. Questioner ini dinamakan IPSS atau International Prostatic Symptom Score dan Quality of Life (QoL). Kuesioner ini harus diisi sendiri oleh penderita gangguan prostat.
Diagnosis dan terapi definitif bagi penderita prostat ditentukan berdasarkan hasil kuesioner, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan fisik yang paling menentukan adalah pemeriksaan colok dubur untuk menilai besar, konsistensi, dan adanya nodul atau deformitas prostat. Pemeriksaan laboratorium darah dan urine juga dilakukan, diantaranya kadar PSA atau Prostate Specific Antigen, suatu penanda tumor untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan prostat. Pemeriksaan diagnostic imaging yang dilakukan yaitu pemeriksaan USG atau Ultrasonografi untuk mengukur volume prostat dan buli serta pemeriksaan uroflowmetri untuk mengukur pancaran kencing penderita. Dari data-data tersebut akan ditentukan terapi yang sesuai.
Untuk penderita dengan keluhan yang ringan dan belum mengganggu kualitas hidupnya, terapi cukup dengan watchfull waiting atau dengan cara memberikan nasehat misalnya tentang pola minumnya terutama malam hari.
Untuk keluhan yang lebih berat, dapat diberikan obat jenis alpha blocker atau penghalang reseptor alfa otot polos leher kandung kemih dan otot polos prostat yang merupakan faktor dinamis dari postat. Selain itu dapat pula diberikan 5-alpha-reductase-inhibitor atau penghambat enzim 5 alfa yang merubah free testosterone menjadi DHT sehingga proses perbanyakan sel prostat dihambat dan prostat tidak membesar. Ini merupakan faktor statis dari prostat.
Bila keluhan dan gejala yang dialami makin parah, maka diperlukan tindakan yang lebih invasif dengan operasi baik berupa bedah endoskopik maupun bedah terbuka. Indikasi mutlak dari tindakan invasif ini antara lain retensio urine berulang, infeksi salutan kemih kronis karena sumbatan prostat, hematuri karena prostat, adanya batu buli karena prostat, adanya satelit buli atau divertikel, serta pembengkaan ginjal akibat peningkatan tekanan di dalam buli karena sumbatan akibat pembesaran prostat. Ini menyebabkan terjadinya arus balik urine ke ginjal yang bisa berakibat terganggunya fungsi ginjal.
Saat ini bermunculan obat-obat maupun alat canggih untuk penanganan prostat antara lain dengan terapi laser. Tentunya hal ini merupakan salah satu pilihan walaupun diperlukan biaya yang lebih mahal. Metode lain yang lebih awal dipakai yaitu metode Trans Urethral Resection of the Prostate atau dikenal dengan TUR prostat masih efektif, aman, dan masih banyak dilakukan di seluruh dunia.
Bila anda temui gejala LUTS pada diri anda sebaiknya anda berkonsultasi ke dokter.
© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Admin
Keluhan, Kritik dan Saran
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 23 minutes
20:00Informasi
Medical Check Up
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 23 minutes
20:00Pendaftaran Rawat Jalan
Khusus Pasien BPJS
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 23 minutes
20:00Pendaftaran Rawat Jalan
Pribadi, Asuransi, dan Perusahaan
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 23 minutes
20:00