Dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia 2016, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk bersinergi mencegah, mengobati, dan melawan diabetes. Menurut Direktur Regional WHO, Poonam Khetrapal Singh, diabetes merupakan penyakit mematikan yang sudah mencapai titik epidemi. Jumlah penderitanya pun kian meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
“Diabetes jarang menjadi headline, padahal (Diabetes) akan berada di peringkat tujuh penyakit paling mematikan di tahun 2030, jika tidak segera dikendalikan secara intensif dan terfokus oleh pemerintah, masyarakat dan individu,” kata Poonam Khetrapal Singh, dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Menyambut Hari Kesehatan Sedunia, 7 April mendatang, WHO mengambil tema “Pengentasan terhadap Diabetes”, peningkatan upaya untuk mencegah, mengobati dan mendeteksi penyakit ini penting agar epidemi global berhenti. Terutama yang akan menghantam negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Hampir separuh dari 96 juta orang di Asia Tenggara sebenarnya menyandang diabetes. Namun, mereka tidak tahu bahwa mereka terkena diabetes. Prevalensi diabetes yang terus meningkat memperbesar kerugian pada individu, baik secara sosial maupun ekonomi.Diabetes mengenai kelompok masyarakat usia produktif. Hal ini diperparah dengan gaya hidup minim gerak, kebiasaan memakan porsi kaya gula, garam, lemak serta karbohidrat olahan. Seharusnya, tiap orang melakukan latihan fisik rutin 30 menit, setidaknya lima kali seminggu demi mengendalikan berat badan. Hampir 90 % penyandang diabetes tipe 2 disebabkan kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik.
Diabetes dapat diobati bila masih ditemukan dalam fase dini. Jika tidak diobati dengan tepat, diabetes bisa menimbulkan kerusakan pada organ-organ utama tubuh, serangan jantung, stroke, kebutaan dan kerusakan saraf.Dari 3,7 juta kematian karena diabetes di seluruh dunia, lebih dari seperempatnya tinggal di Asia Tenggara. Prevalensi diabetes mempersulit pengendalian penyakit-penyakit menular seperti tuberkulosis.”
WHO menyerukan agar pemerintah sigap dalam mendorong regulasi diterapkannya kadar gizi pada paket kemasan makanan. Sehingga, konsumen dapat menentukan mana yang tepat dikonsumsi demi menghindari diabetes. , pajak minuman bergula mesti ditingkatkan dan promosi kesehatan digencarkan.
7 Kebiasaan Sepele yang Bisa Sebabkan Diabetes
Kelebihan berat badan atau pola makan buruk bukan satu-satunya hal yang bisa menyebabkan diabetes. Anda mungkin akan terkejut mengetahui kebiasaan sepele sehari-hari berikut ternyata dapat meningkatkan risiko Anda terkena diabetes.
1.Membatasi kopi
Studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi (baik berkafein maupun tanpa kafein) dapat mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2. Salah satu analisis studi oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa mereka yang minum enam cangkir kopi sehari memiliki risiko diabetes 33 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak minum kopi. Komponen-komponen tertentu dalam kopi tampaknya mengurangi resistensi insulin dan juga dapat meningkatkan metabolisme glukosa, proses konversi glukosa menjadi energi.
2.Sering begadang
Sebuah studi di Korea baru-baru ini menemukan bahwa orang yang begadang sampai dini hari lebih berisiko diabetes dibandingkan mereka yang pergi tidur lebih awal. Mereka yang doyan begadang cenderung terpapar cahaya buatan dari televisi dan ponsel, yang dikaitkan dengan penurunan sensitivitas insulin, regulasi gula darah, dan gangguan metabolisme.
3.Kurang probiotik
Risiko diabetes meningkat ketika Anda memiliki bakteri buruk lebih banyak dari bakteri baik dalam usus Anda yang menyebabkan peradangan dan resistensi insulin. Untuk mengatasinya, konsumsi rutin yogurt atau keju bisa membantu.
4.Memanaskan makanan
Memanaskan makanan dalam plastik di microwave Memanaskan makanan dalam wadah plastik di microwave dapat meningkatkan risiko diabetes. Para peneliti di NYU Langone Medical Center di New York City menemukan bahwa bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik dan wadah bungkus plastik meningkatkan resistensi insulin, prekursor diabetes, serta tekanan darah tinggi.
5.Kurang terpapar sinar matahari
Menurut sebuah penelitian baru di Spanyol, orang-orang yang kekurangan vitamin D lebih mungkin mengidap diabetes tipe 2 dan pradiabetes. Peneliti percaya vitamin dalam sinar matahari memainkan peran dalam berfungsinya pankreas, yang memproduksi insulin dan membantu mengatur gula darah.
6.Nonton TV sepanjang akhir pekan
Sebuah studi yang dilakukan University of Pittsburgh menemukan bahwa setiap jam yang dihabiskan untuk duduk di depan TV meningkatkan risiko mengembangkan diabetes hampir 4 persen. Kata Profesor kinesiologi di Chapman University, Eric Sternlicht, terlalu banyak duduk dapat menyebabkan penyimpanan lemak visceral, yang meningkatkan lingkar pinggang dan timbunan perut ekstra serta secara signifikan meningkatkan risiko Anda terkena diabetes.
7.Melewatkan sarapan
Kebiasaan melewatkan sarapan tidak hanya membuat Anda lapar menjelang siang, tetapi juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Menurut edukator diabetes di Cleveland Clinic Diabetes Center, Ellen Calogeras, ketika Anda kurang makan, kadar insulin terganggu sehingga sulit untuk mengontrol gula darah.
Sumber : Dikutip dari Reader's Digest.
© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Admin
Keluhan, Kritik dan Saran
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 36 minutes
20:00Informasi
Medical Check Up
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 36 minutes
20:00Pendaftaran Rawat Jalan
Khusus Pasien BPJS
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 36 minutes
20:00Pendaftaran Rawat Jalan
Pribadi, Asuransi, dan Perusahaan
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 10 hours 36 minutes
20:00